Selasa, 07 Juni 2016

MAKALAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA DAN NILAI PERUSAHAAN



MAKALAH
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA DAN NILAI PERUSAHAAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II
Dosen  : H.Endang  Herawan, Drs.,M.M.

Oleh:
1.      Nur latifah              (113080102)
2.      M. Irfan H              (113080103)
3.      Ayatun                   (113080072)
4.      Sri asih                   (113080074)
5.      Ageng                    (113080073)
Kelas: III CD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GNUNG JATI (UNSWAGATI)
CIREBON
2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
ABSTRAC............................................................................................................ iii
BAB 1 (PENDAHULUAN)
1.1 Latar belakang................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................ 2
1.3   Batasan Masalah............................................................................ 2
1.4 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.5 Tujuan Penulisan............................................................................ 3
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)
            2.1 Kualitas Laba.................................................................................. 4
2.2 Manajemen Laba............................................................................ 5
2.3 Nilai Perusahaan........................................................................... 11
2.4 Kinerja keuangan.......................................................................... 13
BAB III (PEMBAHASAN MASALAH)
      3.1 Struktur kepemilikan..................................................................... 17
      3.2 Ukuran perusahaan........................................................................ 17
3.3 Kinerja keuangan.......................................................................... 18
3.4. tujuan utama dalam mempertahankan kualitas laba........................ 19
3.5 Manajemen laba............................................................................ 20

BAB IV )PENUTUP)
            4.1. Kesimpulan.................................................................................. 25
            4.2. Saran........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 26
LAMPIRAN



















ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun karya ilmiah yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan “.
Karya ilmiah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok  mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II, serta mengetahui lebih lanjut tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, selain itu menjadi tolak ukur kami kedepan. Dan atas rahmat-Nya pula segala hambatan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini dapat diatasi.           Keberhasilan ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak sehingga terselesaikan tugas karya ilmiah ini, dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak, H.Endang Herawan, Drs., M.M. selaku dosen Akutansi keuangan lanjutan II dan Anggota kelompok kami yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masi jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun bentuk penjabarannya. kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Cirebon,21 Maret 2016

Penyusun
i
ABSTRAC

The objective of this study is to examine the influence of Investment Opportunity Set (IOS) and corporate governance mechanism (audit committee, board of commissioner, managerial ownership, institutional ownership) toward earnings quality and firm value among listed manufacturing companies at Jakarta Stock Exchange.
The result of this study showed that IOS have significant influence to earnings quality and firm value; managerial ownership and institutional ownership have significant influence to firm value but didn’t have significant influence to earnings quality; audit committee and board of commissioner didn’t have significant influence to earnings quality and firm value.

Keywords: Investment Opportunity Set, corporate governance mechanism earnings quality, firm value.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh investasi peluang. Dan mekanisme tata kelola perusahaan atau (komite audit, dewan komisaris, kepemilikan institusional) terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan antara perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa IOS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan, kepemilikan manajerial dan kepemilikan managerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Komite audit dan dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.
Kata kunci : kesempatan investasi, tata kelola perusahaan, kualitas laba   mekanisme, nilai perusahaan.

                                   















Iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang relevan dan reliabel kepada pembuat keputusan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Suatu informasi laporan keuangan dikatakan relevan jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi penggunanya, yaitu dengan cara membantu pengguna informasi dalam mengevaluasi kejadian masa lalu, saat ini, ataupun yang akan datang pada suatu entitas.
Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar aktual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara rill, namun disisi lain pengguna dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan standar dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earning management.
Jika suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibelitas yang diperoleh oleh standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi tambahan dalam laporan keuangan namun peningkatan pengungkapan laporan keuangan akan mengurangi asimetri informasi sehingga peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin kecil, hal ini menunjukan bahwa manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan memiliki hubungan yang negatip sejalan, perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengungkapan lebih sedikit dalam informasi dalam laporan keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi.
Namun terdapat kemungkinan sebaliknya, jika manajemen laba dilakukan untuk tujuan mengkomunikasikan informasi dan meningkatkan nilai perusahaan, maka seharusnya hubungan yang terjadi adalah positif.
Dalam hubungan dalam kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan, salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan dimasa mendatang.
1.2  Identifikasi masalah
·        Pemanfaatan perusahaan terhadap tindakan perataan laba.
·        Pemanfaatan kinerja, kualitas laba, dengan nilai perusahaan.
·        Perusahaan menggunakan strategi corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan.
·        Pemanfaatan manajemen laba pada tingkat pengukuran laporan keuangan.
·        Perusahaan menggunakan analisis faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba.
1.3  Batasan masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
·        Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan sampai dengan karakteristik dan ukuran perusahaan.
·        Mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan sampai dengan kepemilikan manajerial dan manajemen laba
·        Pengaruh manajemen laba pada tingkat laba pada tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks sampai dengan manajemen laba dan tingkat pengungkapan
·        Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba sampai dengan kualitas audit.
1.4  Rumusan masalah
1.      Apakah struktur kepemilikan mempengaruhi praktik manajemen laba ?
2.      Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi praktik manajemen laba ?
3.      Apakah kinerja keuangan dapat mengukur dalam keberhasilan suatu perusahaan ?
4.      Apakah tujuan utama dalam mempertahankan kualitas laba pada suatu perusahaan ?
5.      Apakah manajemen laba sangat mempengaruhi kualitas laba perusahaan ?
1.5  Tujuan penulisan
1.       Untuk mengetahui pengaruh kinerja masa kini dan masa depan pada manajemen laba.
2.      Untuk mengetahui pengaruh kinerja terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.
3.      Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan dalam kualitas laba.
4.      Untuk mengetahui pengaruh manajemen laba dalam niali laporan keuangan perusahaan
5.      Untuk mengetahui pengaruh faktor yang mempengaruhi kulitas laba pada perusahaan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Laba
Kualitas laba adalah perbedaan antara laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dengan laba yang sesungguhnya. Hodge (2003)
Schroeder at al (2001) mendefinisikan bahwa kualitas laba adalah korelasi antara laba akutansi dengan laba ekonomi. Jika laba akutansi mendekati laba ekonomi maka laba tersebut dikatakan berkualitas, angka laba tersebut lebih bermakna jika laba tersebut mencangkup perubahan kemakmuran atau penciptaan nilai sebagai hasil kinerja ekonomik yang berarti perubahan laba akutansi diharapkan pula tetap bermanfaat bagi investor yang berkepentingan bagi laba ekonomik.
Tujuan utama perusahaan adalah  untuk meningkatkan nilai perusahaan.rendahnya nilai kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga perusahaan akan berkurang.
4        kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.      Berdasarkan sifat runtun waktu laba, kualitas laba
2.      Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akutansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.
3.      Kualitas laba dapat didasarkan pada konsep kualitatif kerangka konseptual
4.      Kualitas laba berdasarkan pada keputusan implementasi.

Kualitas laba dan nilai perusahaan
Kualitas laba diukur dengan akrual. Bahwa perusahaan dengan akrual yang tinggi menunjukan perusahaan berkualitas rendah, demikian juga sebaliknya.
Machfoedz dan siallagan (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun kualitas laba bukanlah variabel intervening pada hubungan antara mekanisme corpotare governance dengan nilai perusahaan.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen berusaha memperoleh nilai perusahaan atau return saham yang tinggi dengan cara memanajemen laba sedemikian rupa yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Kualitas laba sebagai variabel moderating pada hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan
Jika kualitas laba yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, maka kualitas laba dapat menguatkan hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi kualitas laba maka diduga kinerja keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan semakin dapat menjelaskan nilai perusahaan.
2.2 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan secara utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General accepted accounting principal (GAAP). Manajemen laba juga merupakan tindakan manajer untuk  meningkatkan  (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas  ekonomi jangka panjang unit usaha tersebut.(Hwihanus dan HamburQurba.2009)
AlasanPraktik dilakukan manajemen laba yaitu:
1.      Dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer        
2.      Dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat  memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya,perusahaan menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba.
3.      Dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan yang go public.
Menurut Scott membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua yaitu sbb:
1.      Melihatnya sebagai pelaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost.
2.      Manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi dari mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melaluin manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting yang  dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman :
a.      The bonus plan hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke kini sehingga dapat menaikan laba saat ini.
Dalam, kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan Cap (tinggkat laba yang tertinggi).
Jika laba berada dibawah yaitu bogey tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada diatas cap , manajer tidak akan mendapat bonus tambahan.
b.      The debt to equity hypothesis
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba.
c.       The political cost hypothesis
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode yang sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan.
Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi.
Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperhatikan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dan principal.
·        Tingkat pengungkapan laporan keuangan
agency yang terjadi antara manajemen dan principal membebankan tanggung jawab kepada manajer untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Dasar aktual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning).
·        informasi
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak memiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
·        Manajemen laba dan tingkat pengungkapan
Asimetri informasi yang terjadi anatara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna dalam situasi dimana pemegang saham memliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksabilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat peningkatan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam melaporkan laporan keuangan.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
1.      StrukturKepemilikan
Struktur kepemilikan  merupakan bentuk komitmen dari pemegang saham untuk mendelegasikan pengadilan dengan tingkat tertentu kepada manajer. Anderson dkk,2002 dalam (Syilvia dan Utama,2006) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang berkurangnya  konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kreditur.
2.      GoodCorporate
Good Corporate Dovernance merupakan mekanisme yn=ang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang dapat mendorong terjadinya manajemen laba (Darmawat,2003) dalam Guna dan Herawarati (2010).Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselanggaranya praktik good corporate governance:
·        Transparansi (Transparency)
dengan meningkatan kualitas keterbukaan informasi   tentang performance perusahaan secara akurat.
·        Akuntabilitas (accountability)
dengan mendorong optimalisasi peran dewan  direksi dan   dewan komisaris dalam menjalakan tugas dan fungsingya secara professional. Praktik audit yang sehat dan independent mutlak diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengefektifkan komite audit.
·        Keadilan (Fairness)
dengan memaksimalkan upaya perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh shareholders tanpa kecuali.
·        Responsibilitas (responsibility)
dengan mendorong optimalisasi peran  setakeholders dalam    mendukung program-program perusahaan.
3. Komisaris Independent
Komisaris independent adalah anggota komisaris yang tidak     terafiliasi dengan manajemen , anggota dewan komisaris lainya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainya yang dapatt mempengaruhi kemampuanya  untuk bertindak independent atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
4. KomiteAudit
a.  Tujuan dari keberadaan komite audit menurut Susiana dan  herawati (2007):
·      Memberikan kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang beraku umum serta disajikan secara wajar dan tidak menyesatkan
Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan   telah memadai .
·      Melakukan pengawasan dan menindak lanjuti kemungkinan penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi hukumnya.
·      Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor ekternal yang   akan melakukan audit perusahaan.
2.3 Nilai Perusahaan
Teori atau model-model valuasi yaitu teori atau model yang menghitung nilai perusahaan dan pada umumnya mengacu pada konsep dan nilai dari teori neoklasik. Berdasarkan teori ekonomi tersebut, nilai sebuah perusahaan adalah sebesar nilai sekarang deviden ekspektasian (berupa aliran kas bersih yang akan diterima dari perusahaan tersebut pada masa-masa mendatang).
Menurut fama (1978) dalam untung wahyudi et.al (2006). Nilai perusahaan akan tercemin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan., karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya.
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
1. PER (Price Earning Ratio)
PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperolah para pemegang saham mohhammad Usman,(2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
·        Tingkat pertumbuhan laba
·        Dividend Payout Ratio
·        Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.

Menurut Basuki Yusuf, 2005 dalam Malla Bahagia, 2008, hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut :
·        Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien.
·        Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR), semakin tinggi PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham dan besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar modal didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
·        Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga
dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu rmemiliki hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya.
PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2. PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92)., yang diproksikan dengan

Price book value = nilai pasar / harga saham

2.4 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan yang menghasilkan laba. Kinerja keuangan juga di gunakan sebagai ukuran umum kondisi kesehatan perusahaan pada suatu periode, dan dapat digunakan sebagai perbandingan diantara perusahaan yang berada dalam jenis industry yang sama maupun industry yang berbeda.
Rasio keuangan adalah indicator yang berguna atas kinerja perusahaan dan situasi keuangan perusahaan, rasio keuangan dapat digunakan untuk menganalisa trend dan membandingkan resiko dan tingkat imbal hasildari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik.
Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu antara lain menggunakan rasio likuiditas, leverage, profitability ratio, dan rasio aktifitas. Pada penelitian terdahulu kinerja keuangan yang digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan masih terbatas pada ROA dan leverage ratio, belum menggunakan variabel kinerja keuangan lainnya, sehingga dalam penelitian ini digunakan dalam indikator  kinerja keuangan lainya untuk memprediksi nilai perusahaan yaitu curret ratio dan asset turnover.
Laporan keuangan memiliki hubungan yang signifikan dengan indikator  pasar saham artinya informasi dari laporan keuangan masih memiliki nilai relevan bagi investor dalam pengambilan keputusan dan masih memiliki kemampuan untuk menjelaskan ukuran pasar saham.
Rasio Profitabilitas Perusahaan
Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.
Variabel ini diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva . skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan rumus sbb :
 Profitabilitas     =          Total biaya bersih setela pajak
                                                Total biaya
Rasio leverage Operasi
Leverage operasi adalah suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan.
Ashari et. al (1994) berhasil membuktikan bahwa  Leverage operasi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perataan lanba. Zuhroh (1996) meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya praktik perataan laba dengan kesimpulan bahwa hanya Leverage operasi perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan di Indonesia.
Variabel ini diukur dengan rasio anatara biyaya depresiasi dan amortisasi dengan total biaya.
Total biaya merupakan jumlah dari biaya produksi atas pemasaran, biaya umum dan biaya operasi. Skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus sbb :
Leverage operasi          =          Total biaya dan amortisasi
                                                            Total biaya
Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Menurut Salno dan Baridwan (2000) Net Profit Margin diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan.
Variabel ini diukur dengan rata-rata rasio anatara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus sbb :
Net profit margin          =          Laba bersih setelah pajak
                                                            Total penjualan
Variabel independen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan perataan laba. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1 (satu) sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0 (nol).
Tindakan perataan laba diuji dengan indeks.
Indeks perataan laba dihitung sbb :
Indeks perataan laba     =          CV ∆1
                                                            CV ∆S
Dimana :
∆I         :           Perubahan laba dalam satu periode
∆S        :           Perusahaan dalam suatu periode
CS       :           Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.
Apabila            :           CV ∆I > CV ∆S
Maka perusahaan tidak digolongkan sebagai prusahaan yang melakukan tindakan perataan laba.
CV ∆I  :           koefisien variasi untuk perubahan laba
CV ∆S :           koefisien variasi untuk  perubahan penjualan






BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Struktur kepemilikan mempengaruhi praktik manajemen laba
Kepemilikan Institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Presentase saham tertentu yang memiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gideon, 2005). (Cornet 2006) menyimpulkan bahwa tindakan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih menfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.
Dari sudut pandang teori akutansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda. Secara umum dapat dikatakan bahwa presentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon,2005).
3.2 Ukuran perusahaan mempengaruhi praktik manajemen laba
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994).
Ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governace,bahwa ukuran dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada factor-faktor fundamental perusahaan yaitu dengan intervensi  pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akutansi akrual.
Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja saham.
Bryshaw dan eldin (1989) menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah :
1.      Skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akutansi yang dilaporkan.
2.      Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkanintervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.
3.3 Kinerja keuangan dapat mengukur dalam keberhasilan suatu perusahaan
Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu antara lain menggunakan rasio likuiditas, leverage, profitability ratio, dan rasio aktifitas. Pada penelitian terdahulu kinerja keuangan yang digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan masih terbatas pada ROA dan leverage ratio, belum menggunakan variabel kinerja keuangan lainnya, sehingga dalam penelitian ini digunakan dalam indikator  kinerja keuangan lainya untuk memprediksi nilai perusahaan yaitu curret ratio dan asset turnover.
Laporan keuangan memiliki hubungan yang signifikan dengan indikator  pasar saham artinya informasi dari laporan keuangan masih memiliki nilai relevan bagi investor dalam pengambilan keputusan dan masih memiliki kemampuan untuk menjelaskan ukuran pasar saham.
3.4 Tujuan utama dalam mempertahankan kualitas laba pada suatu perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah  untuk meningkatkan nilai perusahaan.rendahnya nilai kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kredito, dehingga perusahaan akan berkurang.
Kualitas laba adalah perbedaan antara laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dengan laba yang sesungguhnya.
4 kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sbb:
1.      Berdasarkan sifat runtun waktu laba, kualitas laba
2.      Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akutansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.
3.      Kualitas laba dapat didasarkan pada konsep kualitatif kerangka konseptual
4.      Kualitas laba berdasarkan pada keputusan implementasi meliputi 2 pendekatan.
Kualitas laba dan nilai perusahaan
Kualitas laba diukur dengan akrual. Bahwa perusahaan dengan akrual yang tinggi menunjukan perusahaan berkualitas rendah, demikian juga sebaliknya.
Machfoedz dan siallagan (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun kualitas laba bukanlah variabel intervening pada hubungan antara mekanisme corpotare governance dengan nilai perusahaan.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen berusaha memperoleh nilai perusahaan atau return saham yang tinggi dengan cara memanajemen laba sedemikian rupa yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Kualitas laba sebagai variabel moderating pada hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan
Jika kualitas laba yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, maka kualitas laba dapat menguatkan hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi kualitas laba maka diduga kinerja keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan semakin dapat menjelaskan nilai perusahaan.
3.5 Manajemen laba mempengaruhi peningkatan laba suatu perusahaan
Manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan secara utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Menurut Scott membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua yaiu sbb:
a.       Melihatnya sebagai pelaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost.
b.      Manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi dari mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melaluin manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman :
1.      The bonus plan hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke kini sehingga dapat menaikan laba saat ini.
Dalam, kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan Cap (tinggkat laba yang tertinggi).
Jika laba berada dibawah yaitu bogey tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada diatas cap , manajer tidak akan mendapat bonus tambahan.
2.      The debt to equity hypothesis
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba.
3.      The political cost hypothesis
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode yang sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan.
Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi.
Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperhatikan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dan principal.
o   Tingkat pengungkapan laporan keuangan
agency yang terjadi antara manajemen dan principal membebankan tanggung jawab kepada manajer untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Dasar aktual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning).
o   informasi
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak memiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
o   Manajemen laba dan tingkat pengungkapan
Asimetri informasi yang terjadi anatara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna dalam situasi dimana pemegang saham memliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksabilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam melihat hubungan manajemen laba dalam indeks pengungkapan ternyata manajement laba berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan sejalan dengan prespektif efficient earning manajement. Namun sebaliknya, tingkat pengungkap berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan dengan prespektif opportunistic earning manajement. Dan kualitas laba yang menggunakan proksi discretionary accrual adalah negatif, hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin rendah discretionary accrual maka semakin tinngi kualitas laba dn semakin tinggi pula nilai perusahaan.
4.2  Saran
Bagi suatu perusahaan agar mekanisme tidak hanya terbatas untuk memenuhi aruran saja, maka pihak perusahaan perlu melakukan pengawasan yang lebih intensif, penyebarluasan perlu penegakan. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dalam melakukan pengelolaan laba karena akan berpengaruh terhadap investor perusahaan. Dan bagi para investor sebelum menginvestasikan modelnya pada perusahaan sebaiknya memperhatikan informasi yang dilaporkan oleh manajemen terutama dalam kaitannya dengan laba.        




DAFTAR PUSTAKA
Suwito,EDY dan Herawan, Arleen. 2005. Analisis Pengaruh  Karakteristik             Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII solo.
Gamayuni, Rika, dan Rindu. 2012. Relevansi Kinerja Keuangan, Kualitas Laba, Instangible Asset, dengan Nilai Perusahaan. ISSN 1411-514X.
Ujiyanto, Arief Muh dan Agus Pramuka, Bambang. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan. Unhas Makasar.
Halim, Julia dan Meiden, Caramel. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45. SNA VIII Solo.
Nayiroh, Siti, 2015. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba. Universitas Dian nuswantono UDN Semarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar