MAKALAH
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA
DAN NILAI PERUSAHAAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II
Dosen : H.Endang Herawan, Drs.,M.M.
Oleh:
1.
Nur latifah (113080102)
2.
M. Irfan H (113080103)
3.
Ayatun (113080072)
4.
Sri asih (113080074)
5.
Ageng (113080073)
Kelas: III CD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GNUNG JATI (UNSWAGATI)
CIREBON
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
i
DAFTAR
ISI..........................................................................................................
ii
ABSTRAC............................................................................................................
iii
BAB 1 (PENDAHULUAN)
1.1 Latar belakang................................................................................
1
1.2
Identifikasi Masalah........................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah............................................................................
2
1.4
Rumusan Masalah...........................................................................
3
1.5
Tujuan Penulisan............................................................................
3
BAB II (TINJAUAN
PUSTAKA)
2.1 Kualitas Laba..................................................................................
4
2.2
Manajemen Laba............................................................................
5
2.3
Nilai Perusahaan........................................................................... 11
2.4
Kinerja keuangan.......................................................................... 13
BAB III (PEMBAHASAN
MASALAH)
3.1 Struktur kepemilikan..................................................................... 17
3.2 Ukuran perusahaan........................................................................ 17
3.3 Kinerja keuangan.......................................................................... 18
3.4. tujuan utama dalam
mempertahankan kualitas laba........................ 19
3.5 Manajemen laba............................................................................ 20
BAB
IV )PENUTUP)
4.1. Kesimpulan.................................................................................. 25
4.2. Saran........................................................................................... 25
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 26
LAMPIRAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun karya ilmiah
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan “.
Karya ilmiah ini kami susun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan II, serta mengetahui lebih lanjut tentang “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, selain itu
menjadi tolak ukur kami kedepan. Dan atas rahmat-Nya pula segala hambatan dalam
proses penyusunan karya ilmiah ini dapat diatasi. Keberhasilan ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
semua pihak sehingga terselesaikan tugas karya ilmiah ini, dan mengucapkan
terima kasih kepada Bapak, H.Endang
Herawan, Drs., M.M. selaku dosen Akutansi keuangan lanjutan II dan Anggota
kelompok kami yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masi jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun bentuk penjabarannya. kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah
selanjutnya.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.
Cirebon,21 Maret 2016
Penyusun
i
ABSTRAC
The objective of
this study is to examine the influence of Investment Opportunity Set (IOS) and
corporate governance mechanism (audit committee, board of commissioner,
managerial ownership, institutional ownership) toward earnings quality and firm
value among listed manufacturing companies at Jakarta Stock Exchange.
The result of this
study showed that IOS have significant influence to earnings quality and firm
value; managerial ownership and institutional ownership have significant
influence to firm value but didn’t have significant influence to earnings
quality; audit committee and board of commissioner didn’t have significant
influence to earnings quality and firm value.
Keywords: Investment
Opportunity Set, corporate governance mechanism earnings quality, firm value.
ABSTRAK
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh investasi peluang. Dan mekanisme
tata kelola perusahaan atau (komite audit, dewan komisaris, kepemilikan
institusional) terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan antara perusahaan
manufaktur yang terdaftar dibursa efek Jakarta.
Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa IOS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
laba dan nilai perusahaan, kepemilikan manajerial dan kepemilikan managerial
dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Komite
audit dan dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba
dan nilai perusahaan.
Kata kunci : kesempatan
investasi, tata kelola perusahaan, kualitas laba mekanisme, nilai perusahaan.
Iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang
relevan dan reliabel kepada pembuat
keputusan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Suatu informasi laporan
keuangan dikatakan relevan jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi penggunanya, yaitu dengan cara membantu pengguna informasi dalam
mengevaluasi kejadian masa lalu, saat ini, ataupun yang akan datang pada suatu
entitas.
Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar aktual dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara rill,
namun disisi lain pengguna dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada
pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari
aturan standar dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan
sebutan manajemen laba atau earning
management.
Jika suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil
mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan
fleksibelitas yang diperoleh oleh standar akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen dapat meningkatkan
nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi tambahan dalam laporan keuangan
namun peningkatan pengungkapan laporan keuangan akan mengurangi asimetri
informasi sehingga peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin kecil,
hal ini menunjukan bahwa manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan
keuangan memiliki hubungan yang negatip sejalan, perusahaan yang melakukan
manajemen laba akan mengungkapan lebih sedikit dalam informasi dalam laporan
keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi.
Namun terdapat kemungkinan
sebaliknya, jika manajemen laba dilakukan untuk tujuan mengkomunikasikan
informasi dan meningkatkan nilai perusahaan, maka seharusnya hubungan yang
terjadi adalah positif.
Dalam hubungan dalam kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar
untuk penilaian kinerja perusahaan, salah satu jenis laporan keuangan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah
laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba
rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba
mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan dimasa mendatang.
1.2 Identifikasi masalah
·
Pemanfaatan perusahaan terhadap tindakan perataan laba.
·
Pemanfaatan kinerja, kualitas laba, dengan nilai perusahaan.
·
Perusahaan menggunakan strategi corporate
governance, manajemen laba dan kinerja keuangan.
·
Pemanfaatan manajemen laba pada tingkat pengukuran laporan keuangan.
·
Perusahaan menggunakan analisis faktor yang mempengaruhi praktik
manajemen laba.
1.3 Batasan masalah
Agar
penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan yang semula direncanakan
sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka
penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
·
Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan sampai dengan karakteristik dan ukuran
perusahaan.
·
Mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan
sampai dengan kepemilikan manajerial dan manajemen laba
·
Pengaruh manajemen laba pada tingkat laba pada tingkat pengungkapan
laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks sampai
dengan manajemen laba dan tingkat pengungkapan
·
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba sampai
dengan kualitas audit.
1.4 Rumusan masalah
1.
Apakah struktur kepemilikan mempengaruhi praktik manajemen laba ?
2.
Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi praktik manajemen laba ?
3.
Apakah kinerja keuangan dapat mengukur dalam keberhasilan suatu
perusahaan ?
4.
Apakah tujuan utama dalam mempertahankan kualitas laba pada suatu
perusahaan ?
5.
Apakah manajemen laba sangat mempengaruhi kualitas laba perusahaan ?
1.5 Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui pengaruh kinerja
masa kini dan masa depan pada manajemen laba.
2.
Untuk mengetahui pengaruh kinerja terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan.
3.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan dalam kualitas laba.
4.
Untuk mengetahui pengaruh manajemen laba dalam niali laporan keuangan
perusahaan
5.
Untuk mengetahui pengaruh faktor yang mempengaruhi kulitas laba pada
perusahaan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kualitas Laba
Kualitas laba adalah perbedaan
antara laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dengan laba yang
sesungguhnya. Hodge (2003)
Schroeder at al (2001) mendefinisikan bahwa kualitas laba adalah korelasi
antara laba akutansi dengan laba ekonomi. Jika laba akutansi mendekati laba
ekonomi maka laba tersebut dikatakan berkualitas, angka laba tersebut lebih
bermakna jika laba tersebut mencangkup perubahan kemakmuran atau penciptaan
nilai sebagai hasil kinerja ekonomik yang berarti perubahan laba akutansi
diharapkan pula tetap bermanfaat bagi investor yang berkepentingan bagi laba
ekonomik.
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan.rendahnya
nilai kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para
pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga perusahaan akan berkurang.
4
kelompok penentuan
kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
sifat runtun waktu laba, kualitas laba
2. Bagian
akrual yang merupakan manipulasi data akutansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary
accruals.
3. Kualitas
laba dapat didasarkan pada konsep kualitatif kerangka konseptual
4. Kualitas
laba berdasarkan pada keputusan implementasi.
Kualitas laba dan nilai perusahaan
Kualitas laba diukur dengan akrual.
Bahwa perusahaan dengan akrual yang tinggi menunjukan perusahaan berkualitas
rendah, demikian juga sebaliknya.
Machfoedz dan siallagan (2006)
dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, namun kualitas laba bukanlah variabel intervening pada hubungan antara
mekanisme corpotare governance dengan
nilai perusahaan.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen berusaha memperoleh nilai perusahaan atau return saham yang
tinggi dengan cara memanajemen laba sedemikian rupa yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Kualitas laba sebagai variabel moderating pada hubungan antara kinerja keuangan dengan
nilai perusahaan
Jika kualitas laba yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan, maka kualitas laba dapat menguatkan hubungan
antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi kualitas laba
maka diduga kinerja keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan semakin dapat
menjelaskan nilai perusahaan.
2.2 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan pilihan
kebijakan akuntansi oleh manajemen dari standar akuntansi yang ada dan secara
alamiah dapat memaksimumkan secara utilitas mereka dan atau nilai pasar
perusahaan.
manajemen laba sebagai suatu proses mengambil
langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik
didalam maupun diluar batas General accepted
accounting principal (GAAP). Manajemen laba juga merupakan tindakan manajer
untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini
atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomi jangka panjang unit usaha tersebut.(Hwihanus dan
HamburQurba.2009)
AlasanPraktik dilakukan manajemen laba yaitu:
AlasanPraktik dilakukan manajemen laba yaitu:
1. Dapat
meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer
2. Dapat
memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.Perusahaan yang terancam default
yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya,perusahaan menghindarinya dengan membuat
kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba.
3. Dapat
menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan yang go
public.
Menurut Scott membagi cara pemahaman atas manajemen
laba menjadi dua yaitu sbb:
1. Melihatnya
sebagai pelaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost.
2. Manajemen
laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi dari mereka dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melaluin manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income smoothing dan pertumbuhan laba
sepanjang waktu.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting yang dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen
laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman :
a.
The
bonus plan hypothesis
Pada
perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih
memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke kini
sehingga dapat menaikan laba saat ini.
Dalam, kontrak
bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan
bonus) dan Cap (tinggkat laba yang tertinggi).
Jika laba berada
dibawah yaitu bogey tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba
berada diatas cap , manajer tidak akan mendapat bonus tambahan.
b.
The
debt to equity hypothesis
Pada
perusahaan yang mempunyai rasio debt to
equity tinggi,
manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba.
c.
The
political cost hypothesis
Pada
perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih
metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode yang
sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang
dilaporkan.
Pemegang saham
sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agen
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi.
Manajer
memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memperhatikan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dan
principal.
·
Tingkat pengungkapan
laporan keuangan
agency
yang terjadi antara manajemen dan principal membebankan tanggung jawab kepada
manajer untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.
Dasar aktual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk
memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning).
·
informasi
Asimetri
informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas
prospek perusahaan yang tidak memiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya
asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja
manajer.
·
Manajemen laba dan
tingkat pengungkapan
Asimetri
informasi yang terjadi anatara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna
laporan keuangan menyebabkan pemegang saham mengamati seluruh kinerja dan
prospek perusahaan secara sempurna dalam situasi dimana pemegang saham memliki
informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan
fleksabilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat
peningkatan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi
dan angka yang dilaporkan dalam melaporkan laporan keuangan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Manajemen Laba
1. StrukturKepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari pemegang saham untuk mendelegasikan pengadilan dengan tingkat tertentu kepada manajer. Anderson dkk,2002 dalam (Syilvia dan Utama,2006) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kreditur.
Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari pemegang saham untuk mendelegasikan pengadilan dengan tingkat tertentu kepada manajer. Anderson dkk,2002 dalam (Syilvia dan Utama,2006) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kreditur.
2. GoodCorporate
Good Corporate Dovernance merupakan mekanisme yn=ang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang dapat mendorong terjadinya manajemen laba (Darmawat,2003) dalam Guna dan Herawarati (2010).Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselanggaranya praktik good corporate governance:
Good Corporate Dovernance merupakan mekanisme yn=ang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang dapat mendorong terjadinya manajemen laba (Darmawat,2003) dalam Guna dan Herawarati (2010).Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselanggaranya praktik good corporate governance:
·
Transparansi
(Transparency)
dengan meningkatan kualitas
keterbukaan informasi tentang
performance perusahaan secara akurat.
·
Akuntabilitas
(accountability)
dengan mendorong optimalisasi peran
dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalakan tugas dan
fungsingya secara professional. Praktik audit yang sehat dan independent mutlak
diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan
antara lain dengan mengefektifkan komite audit.
·
Keadilan (Fairness)
dengan memaksimalkan upaya
perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh shareholders tanpa kecuali.
·
Responsibilitas (responsibility)
dengan mendorong optimalisasi
peran setakeholders dalam mendukung program-program perusahaan.
3. Komisaris Independent
Komisaris independent adalah
anggota komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen , anggota dewan komisaris lainya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainya
yang dapatt mempengaruhi kemampuanya
untuk bertindak independent atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan.
4. KomiteAudit
a. Tujuan dari keberadaan komite
audit menurut Susiana dan herawati (2007):
·
Memberikan kepastian
bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan telah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang beraku umum serta disajikan secara wajar dan tidak
menyesatkan
Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan telah memadai .
Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan telah memadai .
·
Melakukan pengawasan
dan menindak lanjuti kemungkinan penyimpangan material dalam bidang keuangan
dan implikasi hukumnya.
·
Memberikan rekomendasi
dalam pemilihan auditor ekternal yang
akan melakukan audit perusahaan.
2.3 Nilai Perusahaan
Teori atau model-model valuasi
yaitu teori atau model yang menghitung nilai perusahaan dan pada umumnya
mengacu pada konsep dan nilai dari teori neoklasik. Berdasarkan teori ekonomi
tersebut, nilai sebuah perusahaan adalah sebesar nilai sekarang deviden
ekspektasian (berupa aliran kas bersih yang akan diterima dari perusahaan
tersebut pada masa-masa mendatang).
Menurut fama (1978) dalam untung
wahyudi et.al (2006). Nilai perusahaan akan tercemin dari harga sahamnya. Harga
pasar dari saham perusahaan terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi
transaksi disebut nilai pasar perusahaan., karena harga pasar saham dianggap
cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya.
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
1. PER (Price Earning Ratio)
PER yaitu rasio yang mengukur
seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan
yang diperolah para pemegang saham mohhammad Usman,(2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
·
Tingkat pertumbuhan laba
·
Dividend Payout Ratio
·
Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
pemodal.
Menurut Basuki Yusuf, 2005 dalam Malla Bahagia, 2008,
hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut :
·
Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi
PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya
bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan
datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara
efisien.
·
Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR),
semakin tinggi PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR
menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham dan besarnya
dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar
modal didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai target utama,
maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
·
Semakin tinggi required rate of return (r)
semakin rendah PER, merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi
investasi saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil
dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi
tersebut kurang menarik, sehingga
dapat
menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu
rmemiliki hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan
yang diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya.
PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang
diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula
kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
2. PBV (Price Book
Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh
(Brigham, 1999: 92)., yang diproksikan dengan
Price book value = nilai pasar / harga saham
2.4 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah penentuan
ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan yang
menghasilkan laba. Kinerja keuangan juga di gunakan sebagai ukuran umum kondisi
kesehatan perusahaan pada suatu periode, dan dapat digunakan sebagai
perbandingan diantara perusahaan yang berada dalam jenis industry yang sama
maupun industry yang berbeda.
Rasio keuangan adalah indicator
yang berguna atas kinerja perusahaan dan situasi keuangan perusahaan, rasio
keuangan dapat digunakan untuk menganalisa trend dan membandingkan resiko dan
tingkat imbal hasildari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan
kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik.
Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Kinerja keuangan yang digunakan
dalam penelitian-penelitian terdahulu antara lain menggunakan rasio likuiditas,
leverage, profitability ratio, dan
rasio aktifitas. Pada penelitian terdahulu kinerja keuangan yang digunakan
untuk memprediksi nilai perusahaan masih terbatas pada ROA dan leverage ratio, belum menggunakan
variabel kinerja keuangan lainnya, sehingga dalam penelitian ini digunakan
dalam indikator kinerja keuangan lainya
untuk memprediksi nilai perusahaan yaitu curret
ratio dan asset turnover.
Laporan keuangan memiliki hubungan yang signifikan
dengan indikator pasar saham artinya
informasi dari laporan keuangan masih memiliki nilai relevan bagi investor
dalam pengambilan keputusan dan masih memiliki kemampuan untuk menjelaskan
ukuran pasar saham.
Rasio Profitabilitas Perusahaan
Rasio profitabilitas perusahaan
adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak
dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk
menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat
keputusan.
Variabel ini diukur
dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva . skala
pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan rumus sbb :
Profitabilitas = Total
biaya bersih setela pajak
Total
biaya
Rasio leverage
Operasi
Leverage
operasi adalah suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh
besarnya volume penjualan.
Ashari et. al (1994) berhasil membuktikan bahwa Leverage operasi merupakan
salah satu faktor yang mendorong terjadinya perataan lanba. Zuhroh (1996) meneliti
faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya praktik perataan laba
dengan kesimpulan bahwa hanya Leverage
operasi perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba
yang dilakukan perusahaan di Indonesia.
Variabel ini diukur dengan rasio anatara biyaya
depresiasi dan amortisasi dengan total biaya.
Total biaya merupakan jumlah dari biaya produksi atas
pemasaran, biaya umum dan biaya operasi. Skala pengukurannya adalah skala rasio
dengan rumus sbb :
Leverage operasi = Total biaya dan amortisasi
Total
biaya
Net Profit
Margin
Net
Profit Margin adalah suatu pengukuran dari
setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh
biaya, termasuk bunga dan pajak. Menurut Salno dan Baridwan (2000) Net Profit Margin diduga mempengaruhi
perataan laba, karena secara logis margin
ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan.
Variabel ini diukur
dengan rata-rata rasio anatara laba bersih setelah pajak dengan total
penjualan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus sbb
:
Net profit margin = Laba bersih setelah pajak
Total
penjualan
Variabel independen
Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah tindakan perataan laba. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala nominal. Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan
perataan laba diberi nilai 1 (satu) sedangkan kelompok perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba diberi nilai 0 (nol).
Tindakan perataan laba diuji dengan indeks.
Indeks perataan laba dihitung sbb :
Indeks perataan laba = CV ∆1
CV ∆S
Dimana :
∆I : Perubahan laba dalam satu periode
∆S : Perusahaan dalam suatu periode
CS : Koefisien variasi dari variabel yaitu
standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.
Apabila : CV ∆I > CV ∆S
Maka perusahaan tidak digolongkan sebagai prusahaan yang
melakukan tindakan perataan laba.
CV ∆I : koefisien variasi untuk perubahan
laba
CV ∆S : koefisien
variasi untuk perubahan penjualan
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Struktur kepemilikan mempengaruhi praktik manajemen laba
Kepemilikan Institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara
efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Presentase saham tertentu
yang memiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan
keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan
pihak manajemen (Gideon, 2005). (Cornet
2006) menyimpulkan bahwa tindakan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh
pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih menfokuskan
perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku
opportunistic atau mementingkan diri sendiri.
Dari sudut pandang teori akutansi,
manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi
yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda. Secara umum
dapat dikatakan bahwa presentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak
manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon,2005).
3.2
Ukuran perusahaan mempengaruhi praktik manajemen laba
Ukuran perusahaan adalah suatu
skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai
cara, antara lain: total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi
dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium-size)
dan perusahaan kecil (small firm).
Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan
(Machfoedz, 1994).
Ukuran dewan komisaris merupakan
bagian dari mekanisme corporate governace,bahwa ukuran dewan komisaris yang
besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam
komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada
factor-faktor fundamental perusahaan yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan
akutansi akrual.
Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan
keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja saham.
Bryshaw dan eldin (1989) menemukan bukti bahwa
alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah :
1. Skema
kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan
dalam laba akutansi yang dilaporkan.
2. Fluktuasi
dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkanintervensi pemilik untuk mengganti
manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.
3.3 Kinerja keuangan dapat mengukur dalam keberhasilan suatu
perusahaan
Kinerja keuangan yang digunakan
dalam penelitian-penelitian terdahulu antara lain menggunakan rasio likuiditas,
leverage, profitability ratio, dan
rasio aktifitas. Pada penelitian terdahulu kinerja keuangan yang digunakan
untuk memprediksi nilai perusahaan masih terbatas pada ROA dan leverage ratio, belum menggunakan
variabel kinerja keuangan lainnya, sehingga dalam penelitian ini digunakan
dalam indikator kinerja keuangan lainya
untuk memprediksi nilai perusahaan yaitu curret
ratio dan asset turnover.
Laporan keuangan memiliki hubungan yang signifikan
dengan indikator pasar saham artinya
informasi dari laporan keuangan masih memiliki nilai relevan bagi investor
dalam pengambilan keputusan dan masih memiliki kemampuan untuk menjelaskan
ukuran pasar saham.
3.4 Tujuan utama dalam mempertahankan kualitas laba pada suatu
perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan.rendahnya
nilai kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para
pemakainya seperti investor dan kredito, dehingga perusahaan akan berkurang.
Kualitas laba adalah perbedaan antara laba bersih
yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dengan laba yang sesungguhnya.
4 kelompok penentuan kualitas laba ini dapat
diikhtisarkan sbb:
1. Berdasarkan
sifat runtun waktu laba, kualitas laba
2. Bagian
akrual yang merupakan manipulasi data akutansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary
accruals.
3. Kualitas
laba dapat didasarkan pada konsep kualitatif kerangka konseptual
4. Kualitas
laba berdasarkan pada keputusan implementasi meliputi 2 pendekatan.
Kualitas laba dan nilai perusahaan
Kualitas laba diukur dengan akrual.
Bahwa perusahaan dengan akrual yang tinggi menunjukan perusahaan berkualitas
rendah, demikian juga sebaliknya.
Machfoedz dan siallagan (2006) dalam penelitiannya
menemukan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, namun kualitas laba bukanlah variabel intervening pada hubungan antara mekanisme corpotare governance dengan nilai perusahaan.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen berusaha memperoleh nilai perusahaan atau return saham yang
tinggi dengan cara memanajemen laba sedemikian rupa yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Kualitas laba sebagai variabel moderating pada hubungan antara kinerja keuangan dengan
nilai perusahaan
Jika kualitas laba yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan, maka kualitas laba dapat menguatkan hubungan
antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi kualitas laba
maka diduga kinerja keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan semakin dapat
menjelaskan nilai perusahaan.
3.5 Manajemen
laba mempengaruhi peningkatan laba suatu perusahaan
Manajemen laba merupakan pilihan
kebijakan akuntansi oleh manajemen dari standar akuntansi yang ada dan secara
alamiah dapat memaksimumkan secara utilitas mereka dan atau nilai pasar
perusahaan.
Menurut Scott membagi cara pemahaman atas manajemen
laba menjadi dua yaiu sbb:
a. Melihatnya
sebagai pelaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost.
b. Manajemen
laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi dari mereka dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melaluin manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income smoothing dan pertumbuhan laba
sepanjang waktu.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting yang dapat dijadikan
dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and
Zimmerman :
1.
The
bonus plan hypothesis
Pada
perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih
memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke kini
sehingga dapat menaikan laba saat ini.
Dalam, kontrak
bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan
bonus) dan Cap (tinggkat laba yang tertinggi).
Jika laba berada
dibawah yaitu bogey tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba
berada diatas cap , manajer tidak akan mendapat bonus tambahan.
2. The debt to equity
hypothesis
Pada
perusahaan yang mempunyai rasio debt to
equity tinggi,
manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba.
3.
The
political cost hypothesis
Pada
perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih
metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode yang
sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang
dilaporkan.
Pemegang saham
sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agen
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi.
Manajer memiliki
dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperhatikan
kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dan principal.
o Tingkat
pengungkapan laporan
keuangan
agency yang
terjadi antara manajemen dan principal membebankan tanggung jawab kepada
manajer untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.
Dasar aktual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk
memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning).
o informasi
Asimetri
informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas
prospek perusahaan yang tidak memiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya
asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja
manajer.
o Manajemen
laba dan tingkat pengungkapan
Asimetri informasi yang
terjadi anatara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan
menyebabkan pemegang saham mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan
secara sempurna dalam situasi dimana pemegang saham memliki informasi yang
lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksabilitas yang
dimilikinya untuk melakukan manajemen laba.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dalam melihat hubungan manajemen laba dalam indeks pengungkapan ternyata
manajement laba berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan
laporan keuangan sejalan dengan prespektif efficient
earning manajement. Namun sebaliknya, tingkat pengungkap berpengaruh
signifikan negatif pada manajemen laba sejalan dengan prespektif opportunistic earning manajement. Dan
kualitas laba yang menggunakan proksi discretionary
accrual adalah negatif, hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin rendah discretionary accrual maka semakin
tinngi kualitas laba dn semakin tinggi pula nilai perusahaan.
4.2 Saran
Bagi suatu perusahaan agar mekanisme tidak hanya terbatas untuk memenuhi
aruran saja, maka pihak perusahaan perlu melakukan pengawasan yang lebih
intensif, penyebarluasan perlu penegakan. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan
dalam melakukan pengelolaan laba karena akan berpengaruh terhadap investor
perusahaan. Dan bagi para investor sebelum menginvestasikan modelnya pada
perusahaan sebaiknya memperhatikan informasi yang dilaporkan oleh manajemen
terutama dalam kaitannya dengan laba.
DAFTAR PUSTAKA
Suwito,EDY dan Herawan, Arleen. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan
Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta. SNA VIII solo.
Gamayuni, Rika, dan Rindu. 2012. Relevansi Kinerja Keuangan, Kualitas
Laba, Instangible Asset, dengan Nilai Perusahaan. ISSN 1411-514X.
Ujiyanto, Arief Muh dan Agus Pramuka, Bambang. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan. Unhas Makasar.
Halim, Julia dan Meiden, Caramel. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Pada
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk
Dalam Indeks LQ-45. SNA VIII Solo.
Nayiroh, Siti, 2015. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Manajemen
Laba. Universitas Dian nuswantono UDN
Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar